LATIHAN UNAS SOSIOLOGI

  1. Seorang guru memberikan pertanyaan kepada Ani, dan Ani dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan….
    1. Interaksi sosial
    2. Sugesti sosial
    3. Kontak sosial
    4. Simpati sosial
    5. Komunikasi sosial
  2. Seorang Ayah memberikan nasehat kepada anaknya agar selalu rajin belajar sehingga cita-citanya akan tercapai. Faktor yang memengaruhi interaksi tersebut adalah….
    1. Sugesti
    2. Simpati
    3. Motivasi                                      
    4. Identifikasi
    5. Empati
  3. Perhatikan pernyataan berikut !

1) mematuhi peraturan lalulintas

2) menerima tamu dengan rapi

3) menjaga kebersihan lingkungan

4) etika pergaulan pria dan wanita

5) meningkatkan prestasi sekolah

Diantara kegiatan di atas yang tergolong nilai moral adalah….

  1. 1 dan 2
  2. 1dan 3
  3. 1 dan 4
  4. 1dan 5
  5. 2 dan 4
  6. Perhatikan perbuatan-perbuatan berikut ini!
    1. Berciuman di depan umum
    2. Penganiayaan
    3. Mengenakan rok mini
    4. KKN

Dari perbuatan di atas yang merupakan pelanggaran terhadap norma hukum adalah….

  1. 1 dan 2
  2. 1 dan 3
  3. 1 dan 4
  4. 2 dan 4
  5. 3 dan 4
  6. Siswa yang masuk sekolah diwajibkan mengenakan pakaian seragam. Ketentuan memakai seragam di maksudkan agar tidak tampak perbedaan status sosial antara siswa yang kurang mampu dan mampu,sehingga para siswadapat belajar dengan baik. Sebagai unsur keteraturan sosial di sekolah, ketentuan tentang berpakaian seragam tersebut merupakan….
    1. Tertib perilaku sosial
    2. Pola perilaku sosial
    3. Keajegan perilaku sosial
    4. Tata tertib atau order sosial
    5. Pengendalian sosial
  7. Sejak kecil Ibu selalu mengajarkan kepada Tirta untuk menggunakan tangan kanan ketika makan dan menerima pemberian dari orang lain. Tindakan tersebut merupakan contoh bentuk sosialisasi….
    1. Formal
    2. Informal
    3. Primer
    4. Non formal
    5. Sekunder
  8. Di sekolah individu diajarkan berbagai bidang ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Selain itu individu juga dibiasakan dengan nilai dan norma agar mampu berperan dengan baik dalam kehidupannya kelak. Dari uraian tersebut , sekolah melaksanakan sosialisasi….
    1. Formal
    2. Partisipasi
    3. Informal
    4. Edukatif
    5. Represif
  9. Pada tahap ini manusia telah menjadi warga masyarakat dalam arti seutuhnya serta dapat menyelaraskan dan menyesuaikan dirinya dengan nilai dan norma.

Dari pernyataan di atas individu tersebut berada pada tahap….

  1. Persiapan
  2. Game stage
  3. Meniru
  4. Penerimaan norma kolektif
  5. Siap bertindak
  6. Hubungan antara sosialisasi dengan kepribadian adalah….
    1. Kepribadian menentukan terjadinya proses sosialisasi
    2. Sosialisasi adalah satu-satunya pembentuk kepribadian
    3. Kepribadian adalah satu-satunya faktor sosialisasi
    4. Kepribadian berfungsi efektif dalam proses sosialisasi
    5. Kepribadian terbentuk karena adanya proses sosialisasi
  7. Pada mulanya Widodo bukan seorang pencuri. Akan tetapi, setiap kali ada sesuatu yang hilang di rumahnya ia selalu dituduh dan dipersalahkan. Lama-kelamaan ia berpikir tidak mencuri pun ia selalu dituduh, lebih baik ia mencuri saja.

Dari uraian di atas, tampak bahwa penyebab penyimpangan adalah….

  1. Pergaulan yang berbeda
  2. Cap atau stigma negatif
  3. Ketiadaan penendalian sosial
  4. Paksaan keadaan
  5. Keinginan untuk menyimpang
  6. Contoh penyimpangan berupa perilaku yang berbeda dengan sebagian besar orang adalah….
    1. Gay
    2. Pelecehan seksual
    3. Korupsi
    4.  Penistaan
    5. Pembunuhan
  7. Orang akan berkelakuan baik karena sadar bahwa penyimpangan akan berakibat buruk, baik bagi dirinya maupun orang lain. Hal ini menunjukkan fungsi pengendalian sosial untuk….
    1. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma
    2. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma
    3. Mengembangkan rasa malu
    4. Mengembangkan rasa takut
    5. Menciptakan sistem hukum
  8. Apabila anjuran, bujukan, ataupun metode verbal, gagal menghentikan perilaku menyimpang individu ataupun kelompok individu, pengendalian dapat dilakukan melalui….
    1. Teguran
    2. Penyuluhan
    3. Nasehat
    4. Kekuatan
    5. Sosialisasi
  9. Ibu Anik menunggak pembayaran tagihan listrik selama 3 bulan. Berdasarkan ilustrasi tersebut adalah bentuk penyimpangan….
    1. Sekunder
    2. Negatif
    3. Primer
    4. Campuran
    5. Positif
  10. Akibat pembantu rumahtangga Bu Tutik membuang sampah sembarangan, Bu Tutik bertengkar dengan tetangganya. Mereka saling tuduh dan menjelekkan perilaku masing-masing. Lembaga pengendalian utama yang mampu mengatasi kasus tersebut adalah….
    1. Satpam
    2. Lembaga formal
    3. Kepolisian
    4. Tokoh masyarakat
    5. Pengadilan
    1. Golongan sangat kaya
    2. Golongan kaya
    3. Golongan miskin

3.   Golongan menengah

Gambar tersebut menunjunkkan stratifikasi sosial yang bersifat…

  1. Tertutup                             D.   Campuran
  2. Terbuka                            E.   Dinamis
  3. Terbatas
  4. Perhatikan pernyataan berikut!
    1. Mobilitas sosial vertikal cukup tinggi
    2. Berdasarkan kriteria pendidikan atau keahlian
    3. Status sosial tidak dapat berubah atau berpindah
    4. Garis pemisah lapisan sosial sangat tegas

Pernyataan yang termasuk ciri-ciri stratifikasi sosial terbuka adalah….

  1. 1 dan 2
  2. 1 dan 3
  3. 2 dan 3
  4. 2 dan 4
  5. 3 dan 4
  6. Fungsi nyata stratifikasi sosial sebagai alat pemersatu adalah….
    1. Dapat mengkoordinasi unit-unit yang ada dalam struktur sosial
    2. Meningkatkan hubungan antar individu yang ada di lingkungannya
    3. Memudahkan dalam mendistribusikan tugas-tugas
    4. Memudahkan cara menguasai anggota kelompok
    5. Memudahkan cara menentukan peringkat peran anggota

Kaihatu

Latuconsiana

 

Ambon

Islam

Kristen

Sinaga

Nasution

Sembiring

Batak

 

 

 

 

 

 

Struktur sosial pada masyarakat majemuk di atas berbentuk….

  1. Konsolidasi sosial
  2. Interaksi sosial
  3. Integrasi sosial
  4. Asimilasi sosial
  5. Akulturasi sosial
  6. Pernyataan yang menggambarkan bentuk mobilitas sosial horizontal adalah….
    1. Emi dahulu seorang guru di desa, sekarang menjadi guru di kota
    2. Ina dahulu karyawan biasa, sekarang menjadi pimpinan perusahaan
    3. Budi adalah pimpinan perusahaan kerena tertipu ia menjadi bangkrut
    4. Tono dahulu seorang supirangkutan, sekarang dia menjadi manajer perusahaan angkutan
    5. Andi yang dahulu pedagang keliling kerena kerja kerasnya kini menjadi seorang pengusaha
  7. Beberapa faktor sosial:
    1. Individu di lapisan atas terbatas
    2. Tingkat pendidikan yang rendah
    3. Keinginan melihat daerah lain
    4. Sudah puas dengan apa yang dimiliki

Yang merupakan faktor penghambat mobilitas sosial adalah….

  1. 1 dan 2
  2. 1 dan 3
  3. 1 dan 4
  4. 2 dan 4
  5. 3 dan 4
  6. Seorang sarjana hukum lulusan UI bergabung dangan LBH sebelum namanya terkenal sebagai pengacara kondang. Contoh tersebut menunjukkan mobilitas sosial yang diperoleh melalui saluran….
    1. Parpol dan pertemanan
    2. Lembaga pendidikan dan parpol
    3. Organisasi profesi dan pendidikan
    4. Kelompok pertemanan dan pekerjaan
    5. Hubungan kekerabatan dan keahlian

 

  1. Konflik vertikal yang terjadi di Maluku antara pemerintah Indonesia dan gerakan separatis Republik Maluku Selatan sudah berlangsung lama. Konflik tersebut dilatarbelakangi kepentingan….
    1. Sosial
    2. Ekonomi
    3. Budaya                                        
    4. Politik
    5. Wilayah
  2. Akibat terjadinya pertentangan atau konflik sosial adalah….
    1. Pendirian yang sama
    2. Kepentingan yang sama
    3. Persamaan suku bangsa
    4. Persamaan kebudayaan
    5. Hilangnya harta benda
  3. Perhatikan pernyataan berikut!

1) konflik antara pemerintah pusat  dan pemerintah daerah

2) konflik antara Indonesia dengan Malaysia tentang batas wilayah

3)kerusuhan yang terjadi antara pekerja dengan atasan

4) tawuran antara pelajar SMA dan STM di kota tertentu

Yang termasuk konflik vertikal adalah….

  1. 1 dan 2
  2. 2 dan 4
  3. 1 dan 3     
  4. 3 dan 4
  5. 2 dan 3
  6. Perbedaan pendapat antara dua pemain sepak bola di lapangan dapat diakhiri setelah wasit yang memimpin pertandingan membuat keputusan dan kedua pemain menerima dengan ikhlas terhadap keputusan wasit tersebut. Bentuk akomodasi penyelesaian konflik tersebut dinamakan….
    1. Arbitrasi
    2. Konsiliasi
    3. Mediasi
    4. Adjudikasi
    5. Kompromi
  7. Perhatikan pernyataan berikut!

1) keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dalam masyarakat

2) adanya kesadaran para anggotanya sebagai warga kelompok

3) adanya hubungan timbal balik antara anggota kelompok dalam kelompok tersebut

4) keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya

Dari pernyataan di atas yang termasuk dasar terbentuknya kelompok sosial adalah…

  1. 1 dan 2
  2. 2 dan 3
  3. 1 dan 3
  4. 1 dan 4
  5. 2 dan 4
  6. Perhatikan ciri-ciri hubungan sosial berikut!
    1. Hubungan antar anggota bersifat batiniah
    2. Hubungan antar anggota bersifat lahiriah
    3. Solidaritas sosial  tinggi
    4. Solidaritas sosial sangat terbatas
    5. Hubungan sosial bersifat langgeng

Berdasarkan pernyataan di atas yang menjadi ciri dari masyarakat paguyuban adalah….

A. 1, 3, 5

B. 1, 2, 4

C. 1, 2, 5

D. 1, 2, 3

E. 2, 3, 4

  1. Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk yang perwujudannya dapat terlihat dari hal-hal sebagai berikut antara lain….

A. suku, agama dan ras

B. pola masakan, sistem kekerabatan dan bahasa

C. hobi, pekerjaan dan kekerabatan

D. sistem kasta dan stratifikasi sosial

E. sistem pembagian warisan dan sistem peralatan perlengkapan hidup

  1. Bentuk geografis berpengaruh terhadap kemajemukan masyarakat. Banyak wilayah di Indonesia yang terisolasi (karena bentuk wilayah kepulauan) sehingga menghambat pergaulannya dengan masyarakat lain. Kenyataan tersebut menyebabkan terjadinya kemajemukan….
    1. Suku bangsa
    2. Golongan sosial
    3. Agama resmi
    4. Daerah/wilayah
    5. Ras/ciri fisik
  2. Salah satu fungsi laten primordialisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu….
    1. Memperkuat ikatan golongan
    2. Memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan
    3. Mewujudkan sikap berpegang teguh pada nilai budaya
    4. Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya
    5. Memicu pecahnya konflik sosial
  3. Anggapan subjektif bahwa kelompoknya lebih religius dibandingkan kelompok masyarakat lainnya merupakan perilaku masyarakat multikultural….
    1. Ekstrimisme
    2. Nasionalisme
    3. Etnosentrisme
    4. Narzisme
    5. Egoisme
  4. Setelah era reformasi bergulir sejak th 1998,banyak sekali perubahan yang terjadi pada lembaga pemerintahan.Seperti DPA dihilangkan muncul lembaga baru MK dan KY.Perubahn ini dapat dikategorikan sebagai….
    1.                   A.            perubahn kecil
    2.                    B.            perubahan proses
    3.                    C.            perubahn struktural
    4.                   D.            perubahn dikehendaki
    5.                    E.            perubahan direncanakan
  5. Faktor penyebab perubahan sosial:
    1. Masuknya kebudayaan dari masyarakat lain melalui kontak budaya
    2. Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk
    3. Konflik dalam masyarakat
    4. Kondisi alam fisik yang berubah
    5. Peperangan dengan negara lain

Faktor penyebab perubahan sosial dari luar adalah…

  1. 1,4, dan 5
  2. 1,2, dan 3
  3. 1,3, dan 5
  4. 2,4, dan 5
  5. 2,3, dan 4
  6. Di bawah ini adalah faktor pendorong perubahan sosial kecuali….
    1. Kontak dengan budaya lain
    2. Penduduk yang heterogen
    3. Orientasi pada masa depan
    4. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada
    5. Adat atau kebiasaan
  7. Sebagaian remaja kota lebih senang makan ayam goreng di restoran waralaba dari luar negeri. Mereka merasa rendah diri dan kurang prestise apabila tidak makan direstoran tersebut berdampak negatif karena….
    1. Menjual makanan asing
    2. Menghilangkan jati diri bangsa
    3. Memperkuat investasi asing
    4. Menambah pengeluaran
    5. Menurunkan status sosial
  8. Modernisasi yang menuntut cara berpikir rasional dan pragmatis sering mengesampingkan keyakinan ajaran agama (SEKULARISME).Apabila hal tersebut terjadi terus menerus, dapat berdampak negatif seperti….
    1. Berkembangnya sikap egosentris
    2. Terganggunya hubungan sosial
    3. Berkurangnya tingkat keimanan
    4. Minimnya waktu untuk ibadah
    5. Tidak percaya pada Tuhan

 

  1. Ciri-ciri lembaga sosial sebagai berikut, kecuali….
    1. Memiliki tingkat kekekalan tertentu
    2. Telah diterima sejumlah besar anggota sistem sosial
    3. Memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu
    4. Memiliki alat-alat perlengkapan yang digunakan dalam meraih tujuan
    5. Memiliki lambang-lambang
  2. Lembaga sosial  memiliki fungsi laten, yaitu fungsi….
    1. Yang disadari oleh masyarakat
    2. Yang sewaktu-waktu akan muncul kembali
    3. Yang sifatnya temporer
    4. Yang tidak disadari oleh banyak orang di masyarakat
    5. Yang vukan merupakan tujuan utama
  3. Perhatikan kegiatan lembaga keluarga berikut!
    1. Menyediakan makan dan minum untuk anggota keluarga
    2. Memberikan asi untuk bayi yang dilahirkan
    3. Membiasakan sopan santun terhadap orang yang lebih tua
    4. Mematikan televisi ketika sedang ada orang sembahyang

Yang termasuk fungsi sosialisasi adalah….

  1. 1 dan 2
  2. 2 dan 4
  3. 1 dan 3                                          
  4. 3 dan 4
  5. 2 dan 3
  6. Lembaga sosial yang menurut manfaatnya dianggap sangat penting untuk menuntun manusia dalam rangka menemukan kedamaian hakiki adalah….
    1. Lembaga adat
    2. Lembaga ekonomi
    3. Lembaga hukum
    4. Lembaga politik
    5. Lembaga agama
  7. Lembaga politik mengatur proses persaingan memperebutkan kekuasaan agar tidak sampai menimbulkan perpecahan. Ini merupakan salah satu fungsi lembaga politik untuk….
    1. Memelihara ketertiban di dalam (internal order)
    2. Menjaga keamanan di luar (external order)
    3. Mengusahakan kesejahteraan umum
    4. Mengatur proses politik
    5. Menjajaki peralihan kepemimpinan
  8. Suatu rancangan penelitian harus operasional. Hal ini bermakna bahwa rancangan penelitian harus dapat menjelaskan….
    1. Topik penelitian
    2. Masalah penelitian
    3. Prosedur penelitian
    4. Akhir penelitian
    5. Awal penelitian
  9. Dalam pemilihan topik penelitian, harus memperhatikan aspek signficance of topic, maksudnya….
    1. Topik dan hasil penelitian  nantinya harus mempunyai arti penting
    2. Aktualitas topik dan kesimpulan hasil penelitian nantinya harus memiliki daya baku yang cukup lama
    3. Masalah yang akan diteliti cukup menarik
    4. Topik harus bisa dan memungkinkan untuk diteliti
    5. Diperhitungkannya ketersediaan data di lapangan
  10. Petugas sensus penduduk mendatangi setiap rumah tangga dan menanyakan tentang jumlah keluarga, mata pencaharian, agama, pendidikan, dll. Cara memperoleh data seperti contoh di atas disebut….
    1. Data sekunder
    2. Data primer
    3. Data kualitatif
    4. Data kuantitatif
    5. Dataeksternal
  11. teknik pengambilan sampel yang cocok dimana setiap populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel adalah sampel….
    1. Strata
    2. Random
    3. Wilayah
    4. Cluster
    5. Purposive
  12. Dalam metode observasi biasa digunakan anecdotal record,yakni….
    1. Daftar nama responden
    2. Alat mekanik
    3. Catatan yang dibuat peneliti tentang perilaku menonjol
    4. Skala sikap
    5. Dokumentasi pengaatan
  13. Berikut ini yang merupakan kelemahan angket atau kuesioner berstruktur dibandingkan dengan wawancara adalah….
    1. Jawaban angket terbatas dibandingkan dengan wawancara
    2. Angket lebih mudah memperoleh responden daripada wawancara
    3. Angket dapat menjangkau responden yang banyak daripada wawancara
    4. Jawaban angket nlebih mendalam dibandingkan wawancara
    5. Angket mudah diperbanyak sesuai kebutuhan daripada wawancara
  14. Tersedia data: 3,5,7,9,3,4,9,6,8

Hitunglah mean….

  1. 5
  2. 5,75
  3. 6
  4. 6,25
  5. 6,5
  6. Fungsi penulisan laporan hasil penelitian sosial sederhana bagi kepentingan praktis peneliti adalah…
    1. Memberikan pengalaman dalam melakukan kegiatan penelitian
    2. Menginformasikan tata cara melakukan kegiatan penelitian ilmiah
    3. Membantu memecahkan masalah sosial yang ada dalam masyarakat
    4. Mendorong semangat untuk menyusun hasil penelitian
    5. Memudahkan dalam melakukan penelitian lanjutan

REMIDI SOSIOLOGI KELAS XII IPS

Buatlah Essay tentang hubungan antara sosialisasi dan pembentukan kepribadian, perilaku menyimpang dan pengendalian sosial, interaksi sosial, serta nilai dan norma sosial sebanyak 300 kata.

Essay dikumpulkan dalam bentuk printout selambat-lambatnya pada tanggal 16 desember 2011 pukul 14.00

TUGAS REMIDI KELAS X

Buatlah Essay tentang hubungan antara Interaksi sosial dan Nilai/norma sosial dalam masyarakat sebanyak 300 kata.

Essay dikumpulkan dalam bentuk printout selambat-lambatnya pada tanggal 16 desember 2011 pukul 14.00

SOSIALISASI

etiap kali memasuki lingkungan yang baru, kamu harus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan itu. Apabila kamu tidak mau mempelajarinya, apa yang akan terjadi? Mampukah kamu bergaul dengan lingkungan itu? Nah, mari kita simak bagaimana mempelajari lingkungan yang akan kita masuki tersebut. Seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kamu mendengar bahkan mengucapkan kata ‘sosialisasi’. Sebenarnya apakah maksud dari sosialisasi itu?

 

1. Pengertian Sosialisasi

Secara sederhana, sosialisasi dapat disamakan dengan bergaul. Dalam pergaulan tersebut dipelajari berbagai nilai, norma, dan pola-pola perilaku individu ataupun kelompok. Lambat laun nilai dan norma yang ada dapat diserap menjadi bagian dari kepribadian individu serta kelompok. Seperti telah diulas dalam bab-bab terdahulu, manusia tercipta sebagai makhluk pribadi sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya untuk bertahan hidup. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia memerlukan orang lain untuk mencapai tujuannya. Itulah sebabnya, manusia berinteraksi dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial. Dalam bab ini, kamu akan dikenalkan dengan sosialisasi yang berfungsi sebagai sarana pembentukan kepribadian. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa itu sosialisasi, mari kita simak beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini.

a. Charlotte Buhler

Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

b. Koentjaraningrat

Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.

c. Irvin L. Child

Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya dan telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.

d. Peter L. Berger

Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya. melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat menjalankan hak-hak serta kewajibannya berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya.

 

2. Tujuan Sosialisasi

Setiap proses sosial pasti memiliki tujuan. Demikian juga sosialisasi. Berikut ini akan diuraikan beberapa tujuan sosialisasi.

a. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupannya kelak di tengah-tengah masyarakat di mana dia akan menjadi salah satu anggotanya.

b. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita. Dengan melakukan komunikasi, berbagai informasi mengenai masyarakat akan diperoleh untuk kelangsungan hidup seseorang sebagai anggota masyarakat.

c. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. Artinya, dengan sosialisasi seseorang akan dapat memahami hal-hal yang baik dan dianjurkan dalam masyarakat untuk dilakukan. Selain itu juga dapat mengetahui dan memahami hal-hal buruk yang sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan.

d. Menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

3. Tahapan-Tahapan Sosialisasi

Penyesuaian diri terjadi secara berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat. Dengan melandaskan pemikirannya pada Teori Peran Sosial, George Herbert Mead dalam bukunya yang berjudul Mind, Self, and Society from The Standpoint of Social Behaviorist (1972) berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat diklasifikasikan melalui tahap-tahap berikut ini.

a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya. Pada tahap ini juga anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Dalam tahap ini, individu sebagai calon anggota masyarakat dipersiapkan dengan dibekali nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman bergaul dalam masyarakat oleh lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga.

Lingkungan yang memengaruhi termasuk individu yang berperan dalam tahapan ini relatif sangat terbatas, sehingga proses penerimaan nilai dan norma juga masih dalam tataran yang paling sederhana.

b. Tahap Meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan oleh seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari dirinya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah juga mulai terbentuk.

c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat, sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.

Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan temanteman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Dalam tahap ini, individu dinilai sudah mencapai tahap kematangan untuk siap terjun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih mudah memahami tahapan-tahapan sosialisasi yang telah kita bahas di atas, berikut ini disajikan dalam bentuk tabel.

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi

Ada dua faktor yang secara garis besar dapat memengaruhi proses sosialisasi, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.

a. Faktor Intrinsik

Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki pembawaan-pembawaan yang berupa bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuan-kemampuan khusus warisan orang tuanya. Hal itu disebut sebagai faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang melakukan sosialisasi. Faktor ini akan menjadi bekal seseorang untuk melaksanakan beragam aktivitas dalam sosialisasi. Hasilnya akan sangat berpengaruh terutama dalam perolehan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai dalam sosialisasi itu sendiri.

 

b. Faktor Ekstrinsik

Sejak manusia dilahirkan dia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di sekitarnya yang disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor ini dapat berupa nilai-nilai, kebiasaankebiasaan, adat istiadat, norma-norma, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem mata pencaharian hidup yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat menjadi pedoman bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas agar sikap dan perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik akan berakumulasi pada diri seseorang dalam melaksanakan sosialisasi.

5. Pola Sosialisasi

Sosialisasi selain sebagai proses belajar dan mewariskan suatu kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, juga sebagai sarana untuk mengembangkan diri sendiri yang berarti membangun diri sendiri untuk membentuk kepribadiannya. Dalam sosialisasi dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu sosialisasi represif (repressive socialization) dan sosialisasi partisipatif (partisipatory socialization).

 

a. Sosialisasi Represif

Di masyarakat seringkali kita melihat ada orang tua yang memberikan hukuman fisik pada anak yang tidak menaati perintahnya. Misalnya memukul anak yang tidak mau belajar, atau mengunci anak di kamar mandi karena berkelahi dengan teman. Contoh ini merupakan salah satu bentuk sosialisasi represif yang ada di sekitar kita. Dari contoh tersebut dapatkah kamu menyimpulkan apa sebenarnya sosialisasi represif itu? Sosialisasi represif merupakan sosialisasi yang lebih menekankan penggunaan hukuman, terutama hukuman fisik terhadap kesalahan yang dilakukan anak.

Adapun ciri-ciri sosialisasi represif di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Menghukum perilaku yang keliru.

2) Adanya hukuman dan imbalan materiil.

3) Kepatuhan anak kepada orang tua.

4) Perintah sebagai komunikasi.

5) Komunikasi nonverbal atau komunikasi satu arah yang berasal dari orang tua.

6) Sosialisasi berpusat pada orang tua.

7) Anak memerhatikan harapan orang tua.

8) Dalam keluarga biasanya didominasi orang tua.

Sosialisasi represif umumnya dilakukan oleh orang tua yang otoriter. Sikap orang tua yang otoriter dapat menghambat pembentukan kepribadian seorang anak. Mengapa? Anak tidak dapat membentuk sikap mandiri dalam bertindak sesuai dengan perannya. Seorang anak yang sejak kecil selalu dikendalikan secara berlebihan oleh orang tuanya, setelah dewasa ia tidak akan berani mengembangkan diri, tidak dapat mengambil suatu keputusan, dan akan selalu bergantung pada orang lain. Kata-kata ‘harus’, ‘jangan’, dan ‘tidak boleh ini dan itu’ akan selalu terngiang-ngiang dalam pikirannya.

b. Sosialisasi Partisipatif

Pola ini lebih menekankan pada interaksi anak yang menjadi pusat sosialisasi. Dalam pola ini, bahasa merupakan sarana yang paling baik sebagai alat untuk membentuk hati nurani seseorang dan sebagai perantara dalam pengembangan diri. Dengan bahasa, seseorang belajar berkomunikasi, belajar berpikir, dan mengenal diri. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sosialisasi partisipatif memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

1) Memberikan imbalan bagi perilaku baik.

2) Hukuman dan imbalan bersifat simbolis.

3) Otonomi anak.

4) Interaksi sebagai komunikasi.

5) Komunikasi verbal atau komunikasi dua arah, baik dari anak maupun dari orang tua.

6) Sosialisasi berpusat pada anak.

7) Orang tua memerhatikan keinginan anak.

8) Dalam keluarga biasanya mempunyai tujuan yang sama.

6. Media (Agen) Sosialisasi

Setiap individu menjadi anggota dari satu atau lebih kelompok sosial di dalam masyarakat dan menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukan dalam kelompoknya.

Dalam proses sosialisasi, ia mengembangkan kepribadian melalui interaksi dengan setiap individu di dalam kelompokkelompok tersebut. Jadi, kelompok merupakan media sosialisasi dalam membentuk kepribadian seseorang. Kelompok inilah yang melaksanakan proses sosialisasi. Dalam sosiologi, kelompok ini dinamakan agen sosialisasi. Ada lima agen sosialisasi utama yang menjadi wahana di mana individu akan mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya.

a. Keluarga

Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi primer. Melalui keluarga, anak mengenal dunianya dan pola pergaulan sehari-hari. Arti pentingnya keluarga sebagai media sosialisasi primer bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.

b. Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya)

Media sosialisasi berikutnya adalah teman sepermainan. Proses sosialisasi ini berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga. Seorang anak belajar berinteraksi dengan orangorang yang sebaya dengan dirinya. Pada tahap ini anak mempelajari aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang kedudukannya sejajar. Dalam kelompok teman sepermainan, anak mulai mempelajari nilai-nilai keadilan.

Semakin meningkat umur anak, semakin penting pula pengaruh kelompok teman sepermainan. Kadang-kadang dapat terjadi konflik antara norma yang didapatkan dari keluarga dengan norma yang diterimanya dalam pergaulan dengan teman sepermainan. Terutama pada masyarakat yang berkembang dengan amat dinamis, hal itu dapat menjurus pada tindakan yang bertentangan dengan moral masyarakat umum.

Pada usia remaja, kelompok sepermainan itu berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu antara lain disebabkan oleh remaja yang bertambah luas ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Akan tetapi, perlu diwaspadai pengaruhpengaruh yang akan muncul ketika remaja mulai bergaul dengan sebayanya, karena pada tahap ini, tingkat kerawanan terhadap hal-hal yang cenderung ke arah negatif sangat tinggi. Mudah sekali, si remaja terpengaruh apabila basis sosialisasi keluarga yang pernah dialami sangat lemah. Sehingga, dengan kata lain, sebelum anak mulai masuk ke dalam lingkungan sebayanya, sosialisasi primer yang berlangsung dalam keluarga hendaknya diperkuat secara nyata.

c. Sekolah

Sekolah dengan lembaga yang melaksanakan sistem pendidikan formal merupakan agen sosialisasi yang akan kita bahas selanjutnya. Di sekolah seorang anak akan belajar mengenai hal-hal baru yang tidak ia dapatkan di lingkungan keluarga maupun teman sepermainannya. Selain itu juga belajar mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sekolah, seperti tidak boleh terlambat waktu masuk sekolah, harus mengerjakan tugas atau PR, dan lain-lain. Sekolah juga menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi seorang anak dalam mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang tuanya.

Hal itu sejalan dengan pendapat Dreeben yang mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), dan kekhasan (specificity) .

Adapun fungsi pendidikan sekolah sebagai salah satu media sosialisasi, antara lain sebagai berikut.

1) Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya.

2) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3) Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan bebas.

4) Memperkaya kehidupan dengan menciptakan cakrawala intelektual dan cita rasa keindahan kepada para siswa serta meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan dan penyuluhan.

5) Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan.

6) Menciptakan warga negara yang mencintai tanah air, serta menunjang integritas antarsuku dan antarbudaya.

7) Mengadakan hiburan umum (pertandingan olahraga atau pertunjukan kesenian).

d. Lingkungan Kerja

Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan, dan relasi bisnis. Dalam melakukan interaksi di lingkungan kerja, setiap orang harus menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, sebagai seorang pemimpin, ia menjalankan peranannya untuk mengelola atau mengarahkan para karyawannya, sedangkan sebagai pekerja ia melaksanakan perintah pemimpin dan tugas sesuai dengan kedudukannya.

Nilai dan norma pergaulan sehari-hari tidak dapat diterapkan pada lingkungan kerja karena posisi atau jabatan seseorang sangat memengaruhi hubungan yang harus dijalankannya. Seorang pemimpin suatu perusahaan walaupun umurnya lebih muda tetap harus dipatuhi dan dihormati oleh bawahannya yang mungkin umurnya lebih tua. Jadi, lingkungan kerja telah melahirkan peranan seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya yang memengaruhi tindakannya sebagai anggota masyarakat.

e. Media Massa

Media massa terdiri atas media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, dan internet). Meningkatnya teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penyertaan masyarakat atas pesan tersebut memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting.

Salah satu media massa yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa adalah televisi. Acara apa yang sering kamu tonton? Film, musik, infotainment, sinetron, berita, atau yang lainnya? Acara yang disuguhkan oleh stasiun televisi sangat beragam, dari pendidikan, hiburan, berita, bahkan tindak kriminal pun saat ini banyak ditayangkan dan telah menjadi konsumsi publik. Berbagai acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi itu akan berpengaruh pada tindakan yang dilakukan masyarakat, terutama remaja dan anak-anak.

Pesan-pesan yang ditayangkan melalui televisi dapat mengarahkan masyarakat ke arah perilaku proporsional (sesuai dengan norma-norma masyarakat) atau perilaku antisosial (bertentangan dengan norma-norma masyarakat). Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, beberapa stasiun televisi menyarankan agar anak selalu didampingi oleh orang tuanya dalam menonton acara televisi. Hal ini dimaksudkan agar orang tua memberikan pengertian kepada anak mengenai acara yang disajikan, supaya anak mengerti maksud isi acara itu.

7. Bentuk Sosialisasi

Kita telah belajar mengenai media sosialisasi, yaitu keluarga, sekolah, teman sepermainan, media massa, dan lingkungan kerja. Dilihat dari siapa atau media yang berperan dalam melakukan sosialisasi, maka sosialisasi dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.

a. Sosialisasi Primer

Menurut Peter L. Berger dan Luckmann, sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Pada sosialisasi ini, anak mulai mengenal anggota keluarga yang lain dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan anggota keluarga yang lain dan orang-orang di sekitar keluarganya.

Pada tahap ini, peran anggota keluarga sangat menentukan corak kepribadian anak. Dengan demikian sosialisasi primer bukan saja berpengaruh pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi, tetapi lebih dari itu, apa yang telah diserap anak di masa tersebut akan mendarah daging pada diri anak dan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa.

b. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam sosialisasi sekunder, yang berperan adalah pihak-pihak di luar keluarga, seperti sekolah, teman sepermainan, media massa, dan lingkungan kerja. Bentuk sosialisasi sekunder yang ada di masyarakat adalah resosialisasi dan desosialisasi.

1) Resosialisasi adalah suatu proses sosialisasi di mana seseorang diberi identitas baru. Misalnya seseorang yang dirawat di rumah sakit jiwa mendapat identitas baru sebagai orang yang sakit jiwa. Dapatkah kamu menyebutkan contoh lainnya?

2) Desosialisasi adalah suatu proses sosialisasi di mana seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Misalnya orang yang telah selesai menjalani masa hukuman dan menjadi anggota masyarakat kembali, maka identitasnya sebagai narapidana telah tercabut.

Kedua proses tersebut seringkali dikaitkan dengan apa yang dinamakan proses pemasyarakatan total, yaitu hidup terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, terkungkung, dan diatur secara formal.

8. Tipe Sosialisasi

Sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu mempelajari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat guna mengembangkan diri sendiri. Individu tidak hanya belajar bertindak atas dasar cara tertentu karena ada imbalan atau hukuman dari luar, tetapi karena adanya kesadaran diri untuk maju. Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda-beda dalam menentukan tindakan seseorang.

Standar seseorang disebut baik di sekolah dan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang dapat disebut baik apabila tidak pernah terlambat datang ke sekolah atau tidak pernah membuat keonaran. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang dapat disebut baik apabila memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi dengan teman dan saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi dalam masyarakat, yaitu tipe formal dan tipe informal.

a. Tipe Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara. Atau dengan kata lain sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang bersifat resmi. Pada tipe sosialisasi ini, biasanya ada aturan-aturan yang sifatnya mengikat dan harus dipatuhi oleh semua anggota lembaga, serta tidak dilandasi oleh sifat kekeluargaan. Sosialisasi tipe ini terdapat pada lembaga-lembaga, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

b. Tipe Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di dalam masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antarteman, sahabat, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. Baik sosialisasi formal maupun informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi seseorang agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal maupun informal secara bersamaan.

INTERAKSI SOSIAL

Pengantar
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”. Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung.

Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial ini di dasarkan kepada komunikasi. Karenanya Komunikasi merupakan dasar dari existensi suatu masyarakat. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat. Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum mempunyai bentukbentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial.
Sehingga Gillin & Gillin mengatakan bahwa: Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Dilihat dari sudut inilah, komunikasi itu dapat di Pandang sebagai sistem dalam suatu masyarakat, maupun sebagai proses sosial. Dalam komunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi timbal balik sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama. Karenanya Komunikasi menjadi dasar daripada kehidupan sosial ia, ataupun proses sosial tersebut.

Kesadaran dalam berkomunikasi di antara warga-warga suatu masyarakat, menyebabkan suatu masyarakat dapat dipertahankan sebagai suatu kesatuan. Karenanya pula dalam setiap masyarakat terbentuk apa yang di namakan suatu sistem komunikasi. Sistem ini terdiri dari lambang-lambang yang diberi arti dan karenanya mempunyai arti-arti khusus oleh setiap masyarakat. Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap masyarakat dapat. membentuk kebudayaannya, berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.

3. Pengertian Interaksi Sosial
Dalam masyarakat yang modern, arti komunikasi menjadi lebih penting lagi, karena pada umumnya masyarakat yang modern bentuknya makin bertarnbah rasionil dan lebih di dasarkan pada lambang-lambang yang makin abstrak. Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial, dan karena bentuk-bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dairi interaksi, maka interaksi sosial yang dapat dinamakan proses sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.

4. Ciri – Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri – ciri interaksi sosial, antara lain :
a.    Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b.    Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c.    Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d.    Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

5.    Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu :

a.    Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing – masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b.    Komunikasi
Yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut

Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Arti secara hanafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan badaniah. Sebagai gejala seosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang dapat menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu kontak.

Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi sosial. Dapat di katakan bahwa untuk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah seperti arti semula kata kontak itu sendiri yang secara harfiah berarti “bersama-sama menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Komunikasi sosial ataupun “face-to face” communication, interpersonal communication, juga yang melalui media. Apalagi kemajuan teknologi komunikasi telah demikian pesatnya. Kontak Sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk :

1)    Adanya orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebuasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya kontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memkasa anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.

2)    Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan parpol yang ketiga di pemilihan umum. Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sengangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.

Adapun Sifat Kontak adalah sebagai berikut:
•    Kontak perimer
Terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka.

•    Kontak Sekunder
Kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf, radio, dst. Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gera-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.

3)    Kehidupan yang Terasing
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehiduapan terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing dapat disebaban karena secara badaniah seseorang sama sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnua. Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak ditentuan oleh pergaulannya dengan orang lain.

Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salat satu indrany. Dari beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian orang-orang mengalami banyak penderitaan akibat kehidupan yang terasing karena cacat indra itu. Orang-orang cacat tersebut akan mengalami perasaan rendah diri, karena kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kepribadiannya seolah-olah terhalang dan bahkan sering kali tertutup sama sekali. Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak terjadi, terasingnya seseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta rendahan), apabila berada di kalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat pula terjadi.

6.    Macam-Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1.    Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling    menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

2.    Interaksi antara individu dan kelompok Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam- macam sesuai situasi dan kondisinya.

3.    Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan   kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama  antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
7.    Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :

1.     Interaksi sosial yang bersifat Asosiatif
yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a)    Kerjasama
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.

Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”

Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :
•    Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
•    Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa
•    Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
•    Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

Ada 5 bentuk kerjasama :
•    Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
•    Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
•    Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karenamaksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
•    Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.

b)     Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok- kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menunjuk pada suatu keadaan dan yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta. Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.

Bentuk-bentuk Akomodasi :

•    Corecion
suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
•    Compromise
bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
•    Arbitration,
Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
•    Conciliation
Suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
•    Toleration
Merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
•    Stalemate
Suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
•    Adjudication
Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

c)     Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Proses Asimilasi timbul bila ada Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini:
•    Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan
•    Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
•    Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangankan.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:
–    Toleransi
–    kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
–    sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
–    sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
–    persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
–    perkawinan campuran (amaigamation)
–    adanya musuh bersama dari luar
Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi:
–    Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
–    kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan
–    perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
–    perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
–    perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi
–    In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
–    Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa
–    perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi.

Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

d)    Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2.     Interaksi sosial yang bersifat Disosiatif

yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti
a)    Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu,  agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Persaingan mempunya dua tipe umum :
–    Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
–    Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

Bentuk-bentuk persaingan :
–    Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen
–    Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
–    Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
–    Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :
–    Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
–    Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
–    Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)

Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini:
–    Kerpibadian seseorang
–    Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan memberikan sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
–    Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian.
–    Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.

b)    Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang – terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur – unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik. Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.

Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
–    Umum : meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
–    sederhana : menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
–    Intensif : penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
–    Rahasia : mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
–    Taktis : mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.

Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi
•    Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
•    Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
•    Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.

Tipe Kontravensi :
•    Kontravensi antarmasyarakat setempat,
mempunyai dua bentuk :
–    Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
–    Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity struggle) Antagonisme keagamaan
•    Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
•    Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.

c)    Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut. Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.

Sebab musabab pertentangan adalah :
–    Perbedaan antara individu
–    Perbedaan kebudayaan
–    perbedaan kepentingan
–    perubahan sosial.

Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.

Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:

–    Pertentangan pribadi
–    Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
–    Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
–    Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
–    Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

Akibat-akibat bentuk pertentangan
–    Tambahnya solidaritas in-group
–    Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu
–    goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
–    Perubahan kepribadian para individu
–    Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
–    Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat.

8.    Faktor Yang Mendorong  Terjadinya Interaksi Sosial
1)    Imitasi
Imitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain. Imitasi yang baik perlu didahului oleh penerimaan, penghormatan, pengaguman, dll pada sesuatu yang hendak ditiru tersebut.

2)    Sugesti
Sugesti adalah mempengaruhi seseorang atas suatu pandangan, pemahaman, sikap, dsb ketika yang menerima sugesti dalam keadaan tidak berpikir rasional karena diberi sugesti oleh orang yang dikagumi, dihormati, berwibawa, karismatik, pemuka agama, penguasa, golongan mayoritas, dan lain sebagainya. Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
a.    orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang disugesti, misalnya orang tua ulama dsb.
b.    Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
c.    Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
d.    Reklame atau iklan media masa.
3)    Identifikasi
Yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan) baik secara disengaja maupun tanpa disengaja. Contoh : Seseorang ingin menjadi seperti Tukul Arwana akan berupaya bergaya tingkah laku seperti Tukul.

4)    Simpati
Yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya berasa dalam keadaan orang lain.

5)    Empati
Empati adalah rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan pengaruh pada kejiwaan dan atau fisik seseorang. Contoh: rasa rindu yang terlalu dalam bisa menyebabkan seorang gadis menjadi panas dingin akibat tidak direstuinya hubungan cinta dengan kekasihnya.

9. Rangkuman
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok. Ciri – ciri interaksi sosial, antara lain :
a.    Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b.    Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c.    Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d.    Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial:
a.    Kontak sosial
b.    Komunikasi

Interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.    Interaksi antara individu dan individu
2.    Interaksi antara individu dan kelompok.
3.    Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial :
1.     Interaksi sosial yang bersifat Asosiatif
a)    Kerjasama :     Bargaining, Kooptasi (cooptation),  Koalisi (coalition),. Joint venture,
b)    Akomodasi: Corecion, Compromise, Arbitration, Conciliation,   Toleration, Stalemate, Adjudication
c)    Asimilasi
d)    Akulturasi

2.     Interaksi sosial yang bersifat Disosiatif
a)    Persaingan
b)    Kontravensi
c)    Konflik

Faktor Yang Mendorong  Terjadinya Interaksi Sosial:
a.    Imitasi
b.    Sugesti
c.    Identifikasi
d.    Simpati
e.    Empati

NILAI DAN NORMA SOSIAL

1. Nilai Sosial
Beberapa definisi nilai sosial:
•    Kimbbal Young memberikan definisi bahwa nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang pentingan.
•    Menurut A.W. Green nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
•    Woods memberikan definisi bahwa nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
•    Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Menurut C.Kluckhohn ( Struktur dan Proses Sosial suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, Soleman b. Taneko,1993) semua nilai kebudayaan alam pada dasarnya mengenali lima masalah pokok , yaitu:
a)    Nilai mengenal hakikat hidup manusia
b)    Nilai mengenai hakikat karya manusia
c)    Nilai  mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
d)    Nilai mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar
e)    Nilai mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya

Jadi nilai sosial adalah sikap dan perasaan yang diterima oleh masyarakat sebagai dasar untuk merumuskan apa yang benar dan penting di masyarakat. Selain itu nilai social dirumuskan sebagai petunjuk dan tafsiran secara social terhadap suatu obyek . Nilai social sifatnya abstrak dan ukuran masing-masing nilai ditempatkan dalam struktur berdasarkan peringkat yang ada masyarakat. Bila sikap dan perasaan tentang nilai social itu diikat bersama seluruh anggota masyarakat sebagai sebuah system, maka disebut system nilai social. Namun kenyataannya orang dapat saja mengembangkan perasaan sendiri yang mungkin saja berbeda dengan perasaan sebagaian besar warga masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada bentuk sesuatu yang baik, penting, pantas, serta mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama

2. Jenis Nilai Sosial
1.    Berdasarkan ciri-cirinya
    Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut :
    Banyak orang yang menganut nilai tersebut.
Contoh: sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
    Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
    Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut.
Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
    Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut.
Contoh:  memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.

    Nilai mendarah daging (internalized value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah.  Contoh: seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.

2.     Menurut Prof. Notonegoro
Prof. Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu:
1)    Nilai Material
yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
Contoh : makan, minum, pakaian, Emas dan segala sesuatu yang berguna bagi manusia karena materi tersebut bernilai.

2)    Nilai Vital
yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas
Contoh :
–    Kompor mempunyai nilai tertentu karena digunakan untuk memasak. Jika kompor itu rusak maka menjadi tidak bernilai karena tidak dapat digunakan.
–    Kalkulator bagi bendahara
–    Buku paket bagi siswa saat belajar
–    Motor bagi tukang ojek

3)    Nilai Kerohanian
yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan. Nilai ini terbagi menjadi :
1)    Nilai Estetika
Nilai estetika adalah nilai yang terkandung pada suatu benda yang didasarkan pada pertimbangan nialai keindahan, baik dalam keindahan bentuk, keindahan tata warna, keindahan suara maupun keindahan gerak.
2)    Nilai Moral
Nilai moral adalah nilai tentang baik buruknya suatu perbuatan manusia berdasarkan pada nilai – nilai sosial yang bersifat universal
3)    Nilai Religius
Nilai religius atau nilai kepercayaan adalah nilai yang terkandung pada sesuatu berdasarkan atas kepercayaan seseorang terhadap hal tersebut.
4)    Nilai Kebenaran Ilmu Pengetahuan
Nilai kebenaran ilmu pengetahuan adalah niali yang bersumber dari benar atau tidaknya segala sesuatau yang didasarkan pada fakta atau bukti – bukti secara ilmiah. Nilai ini lebih banayak bersumber dari logika manusia serta pengalaman empiris.

3.    Nilai Dalam filsafat
    Nilai logika adalah nilai benar salah.
Contoh: Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian.

    Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.

    Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

4. Ciri-Ciri Dan Fungsi Nilai Sosial
1. Ciri-Ciri Nilai Sosial
a.    Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran orang yang tercipta melalui interaksi sosial,
b.    Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan dipelajari melalui proses sosialisasi, dijadikan milik diri melalui internalisasi dan akan mempengaruhi tindakan-tindakan penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tanpa disadari lagi (enkulturasi),
c.    Nilai sosial memberikan kepuasan kepada penganutnya,
d.    Nilai sosial bersifat relative,
e.    Nilai sosial berkaitan satu dengan yang lain membentuk sistem nilai,
f.    Sistem nilai bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain,
g.    Setiap nilai memiliki efek yang berbeda terhadap perorangan atau kelompok,
h.    Nilai sosial melibatkan unsur emosi dan kejiwaan, dan
i.    Nilai sosial mempengaruhi perkembangan pribadi.

2.    Fungsi nilai sosial.
Nilai Sosial dapat berfungsi:
a.    Sebagai faktor pendorong, berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan cita-cita atau harapan.
b.    Sebagai petunjuk arah dari cara berpikir, berperasan, dan bertindak; sarana untuk menimbang penilaian masarakat; penentu dalam memenuhi peran sosial; dan pengumpulan orang dalam suatu kelompok sosial.
c.    Sebagai alat pengawas dengan daya tekan  dan pengikat tertentu. Nilai sosial mendorong, menuntun, dan kadang-kadang menekan para individu untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang bersangkutan. Nilai sosial menimbulkan perasaan bersalah dan meyiksa bagi pelanggarnya.
d.    Sebagai alat solidaritas kelompok atau masarakat.
e.    Sebagai benteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya kelompok atau masarakat.

5. Norma Sosial
1. Pengertian Norma Sosial
Nilai dan norma selalu berkaitan. Walaupun demikian, kebudayaan dapat dibedakan. Untuk melihat kejelasan hubungan antar nilai dengan norma, dapat dinyatakan bahwa norma pada dasarnya adalah juga nilai,tetapi disertai dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. Nilai merupakan sikap dan perasaan-perasaan yang diperlihatkan oleh orang perorangan, kelompok, ataupun masarakat secara keseluruhan tentang baik-buruk, benar-salah,suka-tidak suka, dan sebagainya terhadap objek, baik material maupun nonmaterial.

Norma merupakan aturan-aturan dengan sanksi-sanksi yang dimaksudkan untuk mendorong, bahkan menekan anggota masarakat secara keseluruhan untuk mencapai nilai-nilai sosial. Dengan kata lain, nilai dan norma sosial saling berkaitan dalam mendorong dan menekan anggota masarakat untuk memenuhi  atau mencapai hal-hal yang dianggap baik dalam masarakat.

Norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masarakat untuk mengukur apakah tindakan yang dilakukan merupan tindakan yang wajar dan dapat diterima ataukah  merupakan tindakan yang menyimpang kerena tidak sesuai dengan harapan sebagaian besar warga masarakat.

Norma dibangun di atas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial.Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat  apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.

Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial

2.     Jenis Norma
a. Berdasarkan tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya
1)    Tata cara atau usage
merupakan norma dengan sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya. Contoh: Tidak boleh berbicara ketika sedang makan, aturan memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.

2)    Kebiasaan (folkways)
merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang.  Contoh: mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, memberi hadiah kepada orang yang berprestasi, bermaaf-maafan pada hari raya idul fitri, dst.

3)    Tata kelakuan (mores).
Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat.  Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, larangan membunuh, memperkosa dst.

4)    Adat (customs).
Adat merupakan  norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, apabila adat  menjadi tertulis ia menjadi hukum adat. Contoh: Pada masyarakat lampung pubian, disaat hendak menikah dengan lain suku, orang tersebut  harus diangkat/diangkon dalam keluarga lampung, larangan menguburkan jenazah di Bali, dan larangan merusak hutan pada suku Kajang Tana Toa di Sulawesi Selatan dengan sanksi dikucilkan

5)    Hukum (law).
Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas. Contoh: Tidak boleh Korupsi, mencuri, membunuh, merampok. Dan sangsinya akan dihukum/dipenjara sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku.

3.    Norma Social dilihat dari sumber
1)    Norma agama
Norma agama berasal dari Tuhan, pelanggarannya disebut dosa. Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana penafsirannya dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan. Contoh:
–    “Kamu dilarang membunuh”.
–    “Kamu dilarang mencuri”.
–    “Kamu harus patuh kepada orang tua”.
–    “Kamu harus beribadah”.
–    “Kamu jangan menipu”.

2)    Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi).
Contoh:
–    “Kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”
–    “Kamu harus berlaku jujur”.
–    “Kamu harus berbuat baik terhadap sesama manusia”.
–    “Kamu dilarang membunuh sesama manusia”.
–    Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak susila,
–    Melecehkan wanita atau laki-laki di depan orang
3)     Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh:
–    Tidak meludah di sembarang tempat,
–    memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan,
–    tidak kencing di sembarang tempat.
–    “Berilah  tempat  terlebih  dahulu   kepada   wanita   di dalam   kereta  api,  bus   dan  lain-lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa  bayi”
–    “Jangan makan sambil berbicara”.
–    “Janganlah meludah di lantai atau di sembarang tempat” dan.
–    “Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.

4)     Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, sampai pengucilan secara batin.
Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat, Bersalaman ketika bertemu.

4.     Fungsi Norma
Fungsi norma sosial antara lain :
a.    Sebagai pedoman atau patokan perilaku dalam bermasyarakat
b.    Merupakan wujud konkret dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
c.    Suatu standar skala dari berbagai kategori tingkah laku suatu mayarakat

Menurut  Hanneman Samuel (Nilai dan Norma; 2004) fungsi norma sosial merupakan kelengkapan kehidupan berama dalam mayarakat.

SOSIOLOGI

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Pengertian

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

 

Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.

Tiga tahapan itu adalah :

  1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
  2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
  3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.

Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.oe

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Pitirim Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

  • Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
  • Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

Definisi Sosiologi

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum

Pokok bahasan sosiologi

  • Fakta sosial

Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

  • Tindakan sosial

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

  • Khayalan sosiologis

Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.
Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

  • Realitas sosial

Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.

Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

 

 

Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

  • Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
  • Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
  • Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Program Kerja Wali Kelas Format Ms. Excel

Bapak Ibu guru yang menjadi walikelas berikut ini bisa di download aplikasi program kerja wali kelas berformat excel. Isi program kerja walikelas meliputi

  1. Data Siswa
  2. Jadwal Pelajaran
  3. Jadwal Piket
  4. Struktur Kelas
  5. Denah Duduk
  6. Iventaris Kelas
  7. Diagram Absen
  8. Laporan Bulanan Wali Kelas
  9. Keadaan Siswa
  10. Prestasi Siswa

Aplikasinya bisa didownload disini

Simpel Teach

Simpel Teach adalah sebuah program aplikasi untuk membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan analisis. Dimulai Analisis Standar Isi terutama yang berkaitan dengan pembelajaran, analisis SKL, analisis pekan efektif dst.

Proses pembuatan perencanaan pembelajaran, administrasi pembelajaran dan penilaian hasil belajar dapat dengan mudah dilakukan karena dibantu oleh simpel Teach. Banyaknya tuntutan administrasi pembelajaran, analisis konteks, tuntutan profesional dapat dilbantu dengan cepat dan lengkap dengan menggunakan  simpel Teach.

download trialnya di : https://simpelpas.wordpress.com/produk/simpel-mengajar/

 

 

silabus sosiologi berkarakter kelas X, XI, dan XII

silahkan download disini